ANOATIMES.COM, KENDARI– Dosen Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) Universitas Halu Oleo (UHO) mulai ancang-ancang melakukan pengembangan produk olahan biji pohon Eha (Castanopsis buruana Miq.) menjadi chesnut (cemilan, red) khas Sulawesi Tenggara (Sultra).
Hal ini diketahui, usai tim dosen yang diketuai Prof Dr Ir Husna MP menjelaskan sekilas penelitian mereka berjudul “Pembiakan Tanaman Eha (Castanopsis buruana Miq.) untuk Mendukung Pembangunan Hutan Tanaman di Sulawesi.
Tahun sebelumnya, tim dosen UHO ini menggandeng Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology atau biasa disingkat SEAMEO BIOTROP (lembaga riset Biologi Tropika Asia Tenggara) telah melakukan penelitian pohon Eha terkait pengembangbiakannya secara generatif dan vegetatif. Alhasil, pengembangbiakan secara vegetatif (cangkok, red) menunjukkan keberhasilan tumbuh yang lebih baik.
Prof Husna menjelaskan bahwa Sultra memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu besar, salah satunya adalah pohon Eha yang hanya dijumpai di Pulau Sulawesi, Maluku dan Kalimantan.
“Penelitian kami di 2020 kemarin tentang perkembangbiakan pohon Eha secara generatif dan vegetatif.
Secara generatif ada dua yakni, pengikiran dan cabut. Sementara secara vegetatif ada stek pucuk, stek batang dan cangkok. Nah, dari semua hasil penelitian tampak bahwa Eha bisa dikembangkan secara vegetatif melalui cangkok. Cangkok memiliki keberhasilan tumbuh yang baik,” terangnya, Rabu (20/1).
Olehnya itu, kedepan, lanjut Guru Besar FHIL UHO ini, pihaknya kembali akan membuat usulan proposal mengenai produksi bibit asal cangkokan dan pengembangan produk olahan kacang Eha di bumi anoa.
“Di Sultra kita coba membuat olahan biji Eha menjadi chesnut kaya coklat, Tetapi kami tidak seperti kacang mete melainkan menggunakan kacang Eha itu harapan kami,” cetus Prof Husna.
Ketua Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) Cabang Sultra ini berharap proposal yang bakal diajukan bisa lolos dan kembali mendapatkan pendanaan dari SEAMEO BIOTROP.
“Mudah-mudahan bisa lolos proposal kami untuk dana Biotrop tahun 2021,” ujar Prof Husna.
Sementara itu, salah satu anggota tim, Dr Faisal Danu Tuheteru SHut MSi menambahkan bahwa Eha merupakan jenis pohon penghasil hasil hutan bukan kayu. Sebab, lanjut dia, Eha menghasilkan biji yang bisa dimakan seperti kacang.
“Biji Eha enak dimakan dan rasanya seperti kacang. Ini harus dikembangkan dan diperkenalkan ke masyarakat bahwa biji Eha bisa diolah menjadi cemilan,” cetus Danu.
Menurutnya, pengembangan hutan tanaman eha dimaksudkan untuk memastikan kontinyuitas produksi biji Eha dan sebagai bentuk perhatian komitmen lembaga penelitian SEAMEO BIOTROP dan perguruan tinggi (Universitas Halu Oleo) bersama pemerintah mengembangkan Eha.
“Tujuan penelitian ini mengkaji keberhasilan bibit Eha asal cangkok dengan input pemupukan. Kemudian mengkaji hasil analisis uji fitokimia biji eha dan pengolahan biji Eha menjadi cemilan sehat,” pungkasnya.
Diketahui aggota tim dosen lainnya yakni Dr Ir Asnani MSi, Dr Basrudin SP MSi dan Asrianti Arif SP MSi.
Laporan : Rizky