Opini oleh: Marsono, Ketua Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) periode 2021-2023 juga alumni Universitas Halu Oleo
Universitas Halu Oleo (UHO) sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia Timur, memegang peran strategis dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.
Dalam konteks pemilihan rektor, penting bagi seluruh sivitas akademika dan pihak terkait untuk menyadari bahwa UHO membutuhkan figur rektor yang tidak hanya cakap secara administratif dan akademik, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi.
Stabilitas kampus merupakan fondasi utama bagi keberlangsungan proses akademik yang sehat. Seorang rektor harus mampu menjadi penengah dalam dinamika internal kampus, membangun komunikasi yang harmonis antara dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. Tanpa stabilitas, iklim akademik yang produktif akan sulit tercapai.
Lebih dari itu, marwah akademik harus dijaga dengan ketat. Rektor bukan sekadar administrator, tetapi simbol tertinggi integritas ilmiah di kampus.
Ia harus mendorong budaya riset, menjunjung tinggi etika akademik, dan memastikan bahwa proses pembelajaran bebas dari kepentingan politik praktis.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah figur rektor harus bersih dari skandal masa lalu. Riwayat integritas adalah cermin masa depan kepemimpinan.
Pemimpin yang pernah terlibat dalam persoalan hukum, etika, atau penyalahgunaan jabatan akan menjadi beban moral dan psikologis bagi institusi. UHO tidak boleh dipimpin oleh figur yang membawa keraguan publik dan memicu polarisasi.
Selain itu, rekam jejak dan komitmen seorang calon rektor dalam hal nasionalisme dan cinta tanah air juga menjadi aspek yang sangat penting. Dunia pendidikan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam memperkuat identitas kebangsaan dan semangat persatuan.
Rektor UHO harus mampu menunjukkan loyalitas terhadap nilai-nilai Pancasila, menjunjung tinggi NKRI, dan aktif mendorong mahasiswa untuk memiliki kepedulian terhadap bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, pengabdian, maupun riset yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Oleh karena itu, pemilihan rektor UHO ke depan harus mengutamakan prinsip kehati-hatian, integritas, visi jangka panjang, dan semangat kebangsaan.
Kampus adalah benteng terakhir rasionalitas dan moralitas—dan itu hanya mungkin dijaga oleh seorang pemimpin yang bersih, visioner, nasionalis, serta berkomitmen penuh pada nilai-nilai akademik dan keindonesiaan.